x iklan yt x

SELAMAT DATANG DI BLOG BUATAN SAYA, SEMOGA ANDA BERTAMBAH PENGALAMAN DENGAN DATANG KE BLOG SAYA dan BERITAHU TEMAN ANDA UNTUK MAMPIR JUGA YAH!!

Laman

apa yang anda cari?

Wednesday, November 22

LAJU PENAMBILAN (RATE OF RETURN) :EKONOMI TEKNIK

PENJELASAN DAN CONTOH DARI IRR DAN NPV PADA LAJU PENGAMBILAN

A.  Latar Belakang Masalah
            Di dalam mengembangkan suatu system informasi perlu dipertimbangkan investasi yang dikeluarkan sebab menyangkut kepada dana perusahaan. Jika manfaat yang diharapkan lebih kecil dari sumber-sumber daya yang dikeluarkan, maka system informasi ini dikatakan tidak bernilai atau tidak layak. Untuk itu perlu dilakukan penganggaran modal (capital budgeting). Istilah penganggaran modal (capital budgeting) digunakan untuk melukiskan tindakan perencanaan dan pembelanjaan pengeluaran modal, seperti untuk pembelian ekuipment baru, untuk memperkenalkan produk baru, dan untuk memodernisasi fasilitas pabrik. Dengan demikian, keputusan penganggaran modal merupakan suatu factor penting dalam rentabilitas jangka panjang sutu perusahaan. Hal ini benar terutama dalam situasi suatu perusahaan hanya mempunyai dana yang terbatas untuk investasi, tetapi mempunyai kesempatan untuk memilih investasi yang hamper tidak terbatas yang akan mengahasilkan keuntungan terbesar. Prose pemilihan ini dipersulit oleh kenyataan bahwa sebagian besar kesempatan investasi itu bersifat jangka panjang, dan masa depan itu seringkali merupakan masa yang ssangat panjang dan sulit untuk meramalkan masa depan tersebut.
            Untuk membuat keputusan investasi secara bijak, manajer memerlukan alat yang tersedia baginya yang akan membimbing mereka dalam membandingkan keuntungan relative dan kerugian relative berbagai alternative investasi, salah satunya dengan menggunakan metode “Net Present Value”.
            Dalam pengambilan keputusan investasi, opportunity cost memegang peranan yang penting. Opportunity cost merupakan pendapatan atau penghematan biaya yang dikorbankan sebagai akibat dipilihnya alternatif tertentu. Misalnya dalam penggantian mesin lama dengan mesin baru, harga jual mesin lama harus diperhitungkan dalam mempertimbangkan investasi pada mesin baru.
Dalam prinsip akuntansi yang lazim, biaya bunga modal sendiri tidak boleh diperhitungkan sebagai biaya. Dalam pengambilan keputusan investasi, biaya modal sendiri justru harus diperhitungkan.
Analisis biaya dalam keputusan investasi lebih dititikberatkan pada aliran kas, karena saat penelimaan kas dalam investasi memilki nilai waktu uang. Satu rupiah yang diterima sekarang lebih berharga dibandingkan dengan satu rupiah yang diterima di masa yang akan datang. Oleh karena itu, meskipun untuk perhitungan laba perusahaan, biaya diperhitungkan berdasarkan asas akrual, namun dalam perhitungan pemilihan investasi yang memperhitungkan nilai waktu uang, biaya yang diperhitungkan adalah biaya tunai.
      Karena keputusan investasi didasarkan pada aliran kas, maka pajak atas laba merupakan unsur informasi penting yang ikut dipertimbangkan dalam perhitungan aliran kas untuk pengambilan keputusan investasi. Jika suatau usulan investasi diperkirakan akan mengakibatkan penghematan biaya atau tambahan pendapatan, maka disisi lain akan mengakibatkan timbulnya laba diferensial, yang akan menyebabkan tambahan pajak penghasilan yang akan dibayar oleh perusahaan. Oleh karena itu dalam memperhitungkan aliran kas keluar dari investasi, perlu diperhitungkan pula tambahan atau pengurangan pajak yang harus dibayar akibat adanya penghematan biaya atau penambahan pendapatan tersebut dan sebaliknya.
      Dalam pemilihan usulan investasi, manajemen memerlukan informasi akuntansi sebagai salah satu dasar penting untuk menentukan pilihan investasi. Informasi akuntansi dimasukkan dalam suatu model pengambilan keputusan yang berupa kriteria penilaian investasi untuk memungkinkan manajemen memilih investasi terbaik di antara alternatif investasi yang tersedia.
      Ada beberapa metode untuk menilai perlu tidaknya suatu investasi atau untuk memilih berbagai macam alternatif investasi.
v  Pay back method
v  Average return on investment
v  Present value
v  Discounted cash flow (Internal Rate of Return)
v  Modified Internal Rate of Return (MIRR)
v  Profitability Index (PI)
      Namun penulis hanya menggunakan satu metode saja yaitu metode present value dan apa pengaruhnya dalam penganggaran modal tersebut.
Karena pertimbangan-pertimbangan tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh bagaimana pengaruh metode present value pada capital budgeting pada suatu perusahaan.


PEMILIHAN INVESTASI PROYEK
Metode-Metode Evaluasi Proyek
Keputusan investasi merupakan keputusan manajemen keuangan yang paling penting di antara ketiga keputusan jangka
panjang yang diambil manajer keuangan. Disebut penting, karena selain penanaman modal pada bidang usaha yang membutuhkan modal yang besar, juga keputusan tersebut mengandung risiko tertentu, serta langsung berpengaruh pada nilai perusahaan.
Pada umumnya, langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pengambilan keputusan investasi adalah sebagai berikut:
1. Adanya usulan investasi (proposal investasi).
2. Memperkirakan arus kas (cash flow) dari usulan investasi tersebut.
3. Mengevaluasi profitabilitas investasi dengan menggunakan beberapa metode penilaian kelayakan investasi.
4. Memutuskan menerima atau menolak usulan investasi tersebut.
Untuk menilai profitabilitas rencana investasi dikenal dua macam metode, yaitu metode konvensional dan metode non-konvensional (discounted cash flow). Dalam metode konvensional dipergunakan dua macam tolok ukur untuk menilai profitabilitas rencana investasi, yaitu payback period dan accounting rate of return, sedangkan dalam metode non-konvensional dikenal tiga macam tolok ukur profitabilitas, yaitu Net Present Value (NPV), Profitability Index (PI), dan Internal Rate of Return (IRR).


NET PRESENT VALUE (NPV)
NPV merupakan selisih antara pengeluaran dan pemasukan yang telah didiskon dengan menggunakan social opportunity cost of capital sebagai diskon faktor, atau dengan kata lain merupakan arus kas yang diperkirakan pada masa yang akan datang yang didiskontokan pada saat ini. Untuk menghitung NPV diperlukan data tentang perkiraan biaya investasi, biaya operasi, dan pemeliharaan serta perkiraan manfaat/benefit dari proyek yang direncanakan.  Jadi perhitungan NPV mengandalkan pada teknik arus kas yang didiskontokan.
Menurut  Kasmir  (2003:157) Net Present Value (NPV) atau nilai bersih sekarang merupakan perbandingan antara PV kas bersih dengan PV Investasi selama umur investasi. Sedangkan menurut Ibrahim (2003:142) Net Present Value (NPV) merupakan net benefit   yang telah di diskon dengan menggunakan  social opportunity cost of capital (SOCC) sebagai discount factor.
Pada tabel berikut ditunjukkan arti dari perhitungan NPV terhadap keputusan investasi yang akan dilakukan.
Langkah menghitung NPV:
(1) Tentukan nilai sekarang dari setiap arus kas, termasuk arus masuk dan arus keluar, yang didiskontokan pada biaya modal proyek,
(2) Jumlahkan arus kas yang didiskontokan ini,  hasil ini didefinisikan sebagai NPV proyek,
(3) Jika NPV adalah positif, maka proyek harus diterima, sementara jika NPV adalah negatif, maka proyek itu harus ditolak. Jika dua proyek  dengan NPV positif adalah mutually exclusive, maka salah satu dengan nilai NPV terbesar harus dipilih .
NPV sebesar nol menyiratkan bahwa arus kas proyek sudah mencukupi untuk  membayar kembali modal yang diinvestasikan dan memberikan tingkat pengembalian yang diperlukan atas modal tersebut. Jika proyek memiliki NPV positif, maka proyek tersebut menghasilkan lebih banyak kas dari yang dibutuhkan untuk menutup utang dan memberikan pengembalian yang diperlukan kepada pemegang saham perusahaan.
Keunggulan NPV = menggunakan konsep nilai waktu uang (time value of money).
–>  Maka sebelum penghitungan/penentuan NPV hal yang paling utama adalah  mengetahui atau menaksir aliran kas masuk di masa  yang akan datang dan aliran kas keluar.
Di dalam aliran kas ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
(1) Taksiran kas haruslah didasarkan atas dasar setelah pajak,
(2) Informasi terebut haruslah didasarkan atas “incremental” (kenaikan atau selisih) suatu proyek. Jadi harus diperbandingkan adanya bagaimana aliran kas seandainya dengan dan tanpa proyek. Hal ini penting sebab  pada proyek pengenalan produk baru, bisa terjadi bahwa  produk lama akan “termakan” sebagian karena kedua produk itu bersaing dalam pemasaran,
(3) Aliran kas ke luar haruslah tidak memasukkan unsur bunga, apabila proyek itu direncanakan akan dibelanjai/didanai dengan pinjaman. Biaya bunga tersebut termasuk sebagai tingkat bunga yang disyaratkan (required rate of return) untuk penilaian proyek tersebut. Kalau kita ikut memasukkan unsur bunga di dalam perhitungan aliran kas ke luar, maka akan terjadi penghitungan ganda.











INTERNAL RATE OF RETURN (IRR)
Metode ini untuk membuat peringkat usulan investasi dengan menggunakan tingkat pengembalian atas investasi yang dihitung dengan mencari tingkat diskonto yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas masuk proyek yang diharapkan terhadap nilai  sekarang biaya proyek atau sama dengan tingkat diskonto yang membuat NPV sama dengan nol.
IRR yang merupakan indikator tingkat efisiensi dari suatu investasi. Suatu proyek/investasi dapat dilakukan apabila laju pengembaliannya (rate of return) lebih besar dari pada laju pengembalian apabila melakukan investasi di tempat lain (bunga deposito bank, reksadana dan lain-lain). IRR digunakan dalam menentukan apakah investasi dilaksanakan atau tidak, untuk itu biasanya digunakan acuan bahwa investasi yang dilakukan harus lebih tinggi dari Minimum acceptable rate of returnatau Minimum atractive rate of return (MARR) . MARR adalah laju pengembalian minimum dari suatu investasi yang berani dilakukan oleh seorang investor.
Dengan rumus umum sebagai berikut :
Penerimaan atau penolakan usulan investasi ini adalah dengan membandingkan IRR dengan tingkat bunga yang disyaratkan (required rate of return). Apabila IRR lebih besar dari pada tingkat bunga yang disyaratkan maka proyek tersebut diterima, apabila lebih kecil diterima.
IRR adalah nilai discount rate i yang membuat NPV dari proyek sama dengan nol. Discount rate yang dipakai untuk mencari present value dari suatu benefit/biaya harus senilai dengan opportunity cost of capital seperti terlihat dari sudut pandangan si penilai proyek. Konsep dasar opportunity cost pada hakikatnya merupakan pengorbanan yang diberikan sebagai alternatif terbaik untuk dapat memperoleh sesuatu hasil dan manfaat atau dapat pula menyatakan harga yang harus dibayar untuk mendapatkannya.


DISKUSI MENGENAI PERBANDINGAN NPV DAN IRR
(1)
Pada umumnya pengambilan kepu-tusan investasi berdasarkan NPV dan IRR akan memberikan hasil yang sama, artinya “apabila suatu usulan investasi dinilai layak berdasarkan NPV, maka usulan investasi tersebut juga dinilai layak berdasarkan IRR”.
Namun demikian, menurut kalangan akademisi, NPV dianggap lebih unggul dibandingkan IRR, karena NPV dapat mengatasi fenomena multiple IRR dan conflict ranking projects, sedangkan IRR tidak dapat mengatasi fenomena tersebut.  Meskipun demikian, NPV juga memiliki kelemahan, yaitu NPV tidak memiliki safety margin (sedangkan IRR memiliki safety margin) dan NPV kalah populer dibandingkan dengan IRR (para investor pada umumnya lebih tertarik menggunakan IRR, karena IRR dapat segera dibandingkan dengan cost of capital).
(2)
NPV dan IRR  sama-sama termasuk kelompok discounted cash flow, penganut nilai waktu dan proceeds selama total usia proyek. Berdasarkan kesamaan demikian, NPV IRR akan memberikan keputusan yang sama dalam menilai usul investasi. Andaikan berbasis NPV usul investasi layak diterima maka demikian pula IRR.
NPV danIRR akan memberikan keputusan yang sama., tetapi sebenarnya terkandung sebuah pengecualian di dalamnya. Pengecualian yang dimaksudkan berkaitan saat menilai salah satu dari dua atau lebih usul investasi bersifat mutually exclusive. Untuk kondisi seperti begitu NPV, IRR dapat bertolak belakang memberikan jawaban secara khusus sering terjadi pada susunan peringkat usul investasi.
Hal tersebut, dikarenakan perbedaan asumsi yang melekat terkait tingkat reinvestasi dana bebas. IRR berasumsi dana bebas diinvestasikan kembali dengan tingkat rate of returnnya selama periode sisa usia. Sebaliknya NPV berpegang konsisten besarnya tingkat reinvestasi adalah tetap sebesar tingkat diskonto yang ditetapkan sebelumnya.
Namun NPV pada umumnya dipandang unggul ketimbang IRR. Hal ini disebabkan NPV konsisten,  yaitu mempertimbangkan perbedaan skala investasi dari pernyataan secara absolut dalam rupiah tidak seperti IRR yang memiliki pernyataan berbentuk persentase sehingga skala investasi terabaikan.
(3)
Kenapa IRR didapat dari mencari discount rate yg membuat NPV = 0? Karena itu menggambarkan ekspektasi investor akan tingkat pengembalian investasinya.
Jika IRR tinggi, artinya ruang utk ekspektasi thd tingkat pengembalian investasinya cukup lebar. Jika IRR rendah, maka rentang tsb sempit.
(4)
Kelompok yang proNPV mengatakan bahwa “Cash is King”. NPV adalah indicator yang sebenarnya dalam merefleksikan tujuan dari bisnis yaitu menghasilkan uang sebanyak-banyak.. Selain itu disebutkan IRR punya kelemahan yaitu tidak bisa memberikan nilai IRR yang sebenarnya apabila cashflow nya multi-signs  dan tidak menggambarkan konsep Time Value of Money.
Kelompok yang pro IRR mengatakan bahwa bahwa NPV tidak menggambarkan optimasi dan efisiensi penggunaan sumber daya dana investasi dalam kaitannya dengan rate dari pengembaliannya (rate of return).
Contohnya  nilai NPV Proyek A sebesar Rp 100 juta dan Proyek B sebesar Rp 10 juta. Secara naluri mungkin kita akan memilih Proyek A karena nilainya 10x lebih besar. Tapi kalau Proyek A membutuhkan investasi sebesar Rp 75 juta sedangkan Proyek B hanya sebesar Rp 1 juta, Proyek B dapat dikatakan mempunyai nilai resiko yang lebih kecil (exposure dana perusahaan dalam kegiatan investasi yang lebih kecil) dan tingkat pengembalian yang lebih besar (IRR besar).
(4)
Terminology NPV & IRR, sebenarnya merupakan indicator kelaikan project, yg dapat diproyeksi pada tahap feasibility studi.  Secara umum, dapat disebutkan indikator2 dasar, yaitu:
1. Net Present Worth/Value, adalah perbedaan antara nilai sekarang dari penerimaan total dan nilai sekarang dari pengeluaran sepanjang umur proyek pada discount rate yang diberikan. Pendekatannya adalah pada konsep cash flow (cash in/cash out), project dikatakan laik apabila NPV>0.
2. Rate of Return (ROR) atau Return on Investment (ROI),  adalah discount rate yang memberikan harga NPV = 0. ROR merupakan perolehan per tahun dari investasi suatu proyek.  ROR sendiri ada dua macam, yaitu:
> Eksternal ROR, yaitu return yang diperoleh apabila investasi dilakukan di luar organisasi. Contoh: suatu perusahaan menyimpan dananya di Bank atau membeli saham perusahaan lain.
> Internal ROR (atau IRR), yaitu return yang diperoleh apabila investasi dilakukan di dalam perusahaan sendiri. Contoh, suatu perusahaan melakukan pengeboran untuk menambah kapasitas produksi, atau melakukan fracturing untuk meningkatkan produksi sumur.
(5)
Terdapat dua instrumen evaluasi investasi yang umum digunakan untuk menilai apakah suatu investasi akan dilakukan atau tidak. Instrumen tersebut adalah Net Present Value (NPV) dan yang kedua adalah Internal Rate of Return (IRR). Dalam melakukan investasi tentunya harus dilakukan perbandingan antara investasi yang satu dengan yang lainnya misalnya uangnya diinvestasikan di bank saja, karena bunganya lebih menarik. Investasi terbaik akan didapat apabila NPV dan IRR sama-sama bernilai tinggi. Pada kasus tertentu sering dinyatakan bahwa IRR dengan nilai yang tinggi akan lebih menguntungkan daripada investasi dengan nilai IRR yang lebih rendah, walaupun tidak demikian, karena pada kondisi tertentu IRR bisa menyesatkan.
Pada NPV, semua future cash flow dikonversikan menjadi suatu nilai ekuivalen pada waktu tahun ke nol dengan menggunakan teknik diskounting. NPV merupakan penjumlahan dari masing-masing present value dari net income yang diproyeksikan tiap tahun. Setiap future income didiskon, artinya dibagi dengan bilangan yang merepresentasikan oppurtunity cost dari memiliki modal mulai tahun ke nol hingga tahun dimana income diterima atau dibelanjakan. Oppurtunity cost dapat berupa berapa banyak uang yang dapat diterima apabila diinvestasikan di tempat lain atau berapa banyak bunga yang akan dibayar apabila kita meminjam uang.
Rumus:
NPV = I0 + I1/(1+r) + I2/(1+r)^2 + I3/(1+r)^3 + .+ In/(1+r)^n
dimana:
I0 adalah investasi tahun ke-0
In merupakan net income tahun ke-1, 2, 3, .n
r merupakan discount rate
NPV > 0, proyek diterima
NPV < 0, proyek ditolak
Dari rumusan di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan:
–          makin tinggi income, makin tinggi NPV
–          makin lebih awal datangnya income, makin tinggi NPV
–          makin tinggi discount rate, makin rendah NPV
Untuk membandingkan dua proyek yang mana akan dipilih dapat dilakukan dengan membandingkan kedua nilai NPV proyek, dimana NPV proyek yang lebih besar yang akan diambil.
IRR atau Internal Rate of Return, merupakan instrument evaluasi yang digunakan untuk memutuskan apakah suatu pemilik modal ingin melakukan investasi atau tidak.
IRR > tingkat keuntungan yang diisyaratkan, proyek diterima
IRR < tingkat keuntungan yang disyaratkan, proyek ditolak
IRR lebih merupakan suatu indikator efisiensi dari suatu investasi, berlawanan dengan NPV, yang mengindikasikan value atau suatu besaran uang. IRR merupakan effective compounded return rate annual yang dapat dihasilkan dari suatu investasi atau yield dari suatu investasi. Suatu proyek/investasi dapat dilakukan apabila rate of returnnya lebih besar daripada return yang diterima apabila kita melakukan investasi di tempat lain (bank, bonds, dll). Jadi IRR harus dibandingkan dengan alternatif investasi yang lain.
IRR memiliki kelemahan dimana IRR umumnya digunakan untuk pengambilan keputusan untuk single project bukan mutually exclussive project (proyek yang saling menghilangkan). Untuk mutually exclusive project, kriteria NPV lebih dominan digunakan dimana proyek dengan NPV lebih besar akan dipilih walaupun memiliki IRR yang lebih kecil. Dari grafik, suatu proyek mungkin akan memiliki beberapa discount rate yang membuat nilai NPV = 0 (ada net income negatif di sela-sela tahun net income positif), sehingga nilai IRR bisa lebih dari satu atau kita dihadapkan pada beberapa pilihan nilai IRR. Dari segi reinvestasi, IRR juga memiliki kelemahan sehingga digunakan MIRR (Modified Rate of Return).
Walaupun secara akademik NPV lebih dominan dipilih, survey mengindikasikan bahwa kalangan eksekutif lebih menyukai IRR daripada NPV. Hal ini dikarenakan para manager ataupun pemilik modal lebih gampang membandingkan investasi/proyek yang berbeda besaran dalam bentuk % rate of return (IRR) dibandingkan dengan besaran uang (NPV).
(5)
Seperti IRR yang memiliki beberapa kelemahan, NPV pun mengandung kekurangan. Pertama, berbeda dengan IRR, NPV tidak dinyatakan secara relatif. Karenanya, NPV sebesar Rp600 juta belum dapat dikatakan bagus atau tidak. Bagus jika investasi awal Rp2 miliar, tetapi jelek jika dana yang diperlukan untuk menghasilkan NPV ini Rp10 miliar. Dalam soal ini, IRR lebih unggul dan lebih mudah dipahami karena sudah dinyatakan secara relatif. Tidak aneh jika IRR sangat favorit dan investor lebih suka berbicara rasio daripada nilai rupiah.
Kedua, NPV gagal untuk mengevaluasi dua atau lebih proyek mutually exclusive yang mempunyai umur berbeda. Misalkan kita mempunyai dua proyek yang memerlukan investasi awal sama besar, katakan Rp1 miliar. Proyek A mampu menghasilkan arus kas Rp400 juta selama 5 tahun, sementara proyek B sebesar Rp280 juta selama 10 tahun. Berdasarkan kriteria NPV, proyek B yang akan dipilih karena mempunyai NPV yang lebih besar yaitu Rp582 juta berbanding Rp442 juta pada tingkat diskonto 12%. Bahwa kedua proyek akan selesai dalam waktu yang berbeda yaitu 5 tahun dan 10 tahun tidak diperhitungkan dalam NPV.
Yang bijak akan menyamakan umur kedua proyek itu terlebih dahulu sebelum membandingkan NPV-nya. Ini tentunya dengan asumsi setiap proyek dapat direplikasi. Dalam contoh di atas, proyek A diulangi sehingga menjadi berumur 10 tahun seperti proyek B. Pendekatan replikasi ini tentunya mempunyai keterbatasan. Untuk tiga proyek dengan umur 7 tahun, 9 tahun, dan 13 tahun, kita harus mereplikasinya hingga 819 tahun untuk dapat dibandingkan. Tidak mungkin, bukan? Sebagai alternatif terhadap pendekatan ini, kita menghitung nilai tahunan ekuivalen atau equivalent annual value (EAV) yaitu arus kas tahunan yang ekuivalen dengan NPV proyek itu.
Ketiga, NPV, IRR, dan kriteria tradisional lainnya mengasumsikan satu angka tunggal untuk arus kas pada periode-periode mendatang. Akan lebih tepat jika kita menyiapkan analisis skenario seperti tiga skenario berbeda untuk kondisi pesimistis, paling mungkin, dan optimis untuk masa depan yang penuh ketidakpastian.

(6)
Metode net present value (net present value method) adalah metode yang mendasarkan pada nilai sekarang dari pengembalian masa depan yang didiskontokan pada tarif biaya modal. Metode NPV ini mengatasi kelemahan dalam metode payback.
Metode internal rate of return (rate of return method) adalah metode yang didasarkan pada tingkat suku bunga yang menyeimbangkan nilai sekarang dari pengembalian masa depan dengan total biaya investasi.
Perbedaan metode NPV dan IRR
1. Fokus NPV adalah berapa tambahan nilai proyek pada nilai perusahaan dengan asumsi semua arus kas dapat direalisir. Fokus IRR memberikan indikasi tingkat hasil pengembalian proyek jika sesuai dengan yang diharapkan.
2. Jika kedua metode digunakan untuk menilai satu proyek maka kedua metode ini selalu memberikan kesimpulan yang sama karena NPV positif dari suatu proyek akan memberikan IRR yang lebih besar dari biaya modal.
3. Jika proyek yang dinilai bersifat eksklusif (mutually exclusive) kedua metode NPV dan IRR dapat menghasilkan penilaian (kesimpulan) yang berbeda. Konflik antara kedua metode NPV dan IRR terjadi karena profil NPV dari proyek berbeda, misalnya biaya investasi berbeda dan umum proyek lebih panjang dari yang lain.
Metode NPV lebih baik secara teoritis jika dibandingkan dengan metode IRR, tetapi Metode NPV lebih baik secara toeritis jika dibandingkan dengan metode IRR jika dalam kenyataan lebih banyak perusahaan menggunakan metode IRR dibandingkan dengan metode NPV. Hal ini disebabkan bahwa metode IRR dikembangkan lebih dahulu dari metode NPV dan metode IRR sudah lama digunakan.

(7)
Dua kriteria utama investasi dalam aset riil adalah net present value (NPV) dan internal rate of return (IRR). Logika dasar yang perlu dipahami tentang NPV dan IRR adalah keduanya memerlukan tiga input utama yaitu arus kas, timing, dan risiko.
Arus kas sendiri terdiri atas kas keluar yang biasanya hanya terjadi sekali saja pada awal dan kas masuk yang dapat dihasilkan pada periode-periode berikutnya. Adapun timing adalah berapa lama proyek investasi mampu mendatangkan kas masuk dan besarnya kas ini untuk setiap periode. Terakhir, risiko mencerminkan ketidakpastian atau kemungkinan timbulnya kerugian atau hasil yang tidak diharapkan. Semakin besar risiko, semakin besar batas return yang diminta investor. Sebuah proyek yang memberikan IRR 18% akan diterima jika return patokan adalah 15%. Tetapi jika dinilai berisiko tinggi, proyek yang sama ini akan ditolak karena investor sangat mungkin menaikkan return minimal menjadi 20%. Dengan NPV, semakin besar risiko sebuah proyek, semakin besar tingkat diskonto yang akan digunakan yang berimplikasi semakin rendahnya NPV yang akan diperoleh. Dengan kata lain, proyek yang diterima pada tingkat diskonto tertentu, karena mempunyai NPV positif, mungkin saja ditolak karena NPV menjadi negatif jika tingkat diskonto dinaikkan untuk kompensasi tambahan risiko yang ada.
Kesimpulan umum di atas akan berlaku sepanjang pola arus kas bersifat konvensional yaitu kas keluar terjadi pada awal yang diikuti dengan kas masuk selama beberapa periode. Hasil menjadi berbeda jika arus kas bersifat nonkonvensional seperti proyek pertambangan yang kadang memerlukan kas keluar dalam jumlah besar di akhir proyek untuk reklamasi. Dalam kondisi ini, tingkat diskonto tinggi dapat membuat NPV semakin tinggi atau malah membuat proyek menjadi diterima. Melihat IRR-nya lebih membingungkan lagi karena proyek dengan arus kas nonkonvensional bisa memberikan kita multipel IRR, misalkan 12% dan 20%. Jika return patokan adalah 15%, apakah proyek ini akan diterima? Sulit untuk menjawabnya.
Hampir semua buku keuangan satu suara soal ini bahwa kriteria NPV yang sebaiknya digunakan dan proyek A yang harus dipilih. NPV atau tambahan kekayaan sebesar Rp6 miliar jauh lebih menarik daripada IRR 30% tetapi hanya dari Rp5 miliar. Bagaimana jika skala proyek A dan B relatif sama, misalnya masing-masing memerlukan dana Rp10 miliar, tetapi NPV dan IRR memberikan peringkat yang berbeda?
Jawabannya tetap kriteria NPV yang dianjurkan untuk digunakan. Kriteria ini diakui lebih unggul daripada IRR karena adanya tiga kelemahan yang melekat dalam IRR.
Pertama, NPV selalu memberikan satu angka sementara IRR bisa menghasilkan banyak angka.
Kedua, tingkat return reinvestasi yang digunakan dalam NPV adalah tingkat diskontonya, sedangkan IRR mengasumsikan IRR itu sendiri.
Ketiga, Copeland et al dalam bukunya Financial Theory and Corporate Policy (2005) menyatakan kalau kriteria IRR melanggar prinsip penambahan nilai (value additivity).
Misalkan kita mempunyai tiga proyek investasi yang menguntungkan yaitu 1, 2, dan 3. Diketahui proyek 1 dan 2 bersifat mutually exclusive, dan proyek 3 bersifat independen. Jika prinsip penambahan nilai berlaku, kita mestinya dapat memilih antara proyek 1 dan 2 yang lebih baik tanpa harus dipengaruhi proyek 3 yang independen. Maksudnya adalah, jika proyek 1 lebih baik daripada proyek 2, proyek 1+3 mestinya akan lebih baik juga daripada proyek 2+3. Kriteria NPV mematuhi prinsip ini tetapi tidak demikian dengan IRR yang memilih proyek 1 tetapi berubah menjadi proyek 2+3 ketika pilihan proyek 3 juga disodorkan.

(8)
Untuk mengatasi masalah ini, maka yang harus dilakukan adalah memberikan ranking terhadap proyek-proyek yang tersedia, kemudian mengambil keputusan berdasarkan anggaran investasi yang tersedia.
Capital rationing dilakukan pada umumnya dengan menggunakan IRR atau NPV. Misalnya, jika limit yang ditetapkan sebanyak 1,000,ooo, berdasarkan kriteria IRR maka proyek yang dipilih adalah proyek A, B dan D atau B dan C. Namun, jika dilihat dari kriteria NPV, maka yang terpilih adalah proyek A dan C.
Untuk menentukan kriteria mana yang ingin Anda gunakan, maka ini tergantung preferensi, karena masing-masing punya keunggulan dan kelemahan tersendiri. NPV menunjukkan kekayaan yang dihasilkan atau bertambah dari suatu investasi, sementara IRR menunjukkan tingkat returnnya. Jadi, tergantung mana preferensi dari investor.
Namun, yang jelas NPV lebih superior dan disukai karena menunjukkan present value arus kas yang akan diterima. Sementara, IRR sendiri hanya menunjukkan tingkat return dalam investasi itu sendiri, yang artinya menggunakan asumsi jika arus kas yang dihasilkan direinvestasikan lagi pada rate yang sama dengan IRR tersebut. Padahal, kenyataannya tidak semudah itu.

(9)

Keterangan :
*mutually exclusive : in Layman’s terms, two events are mutually exclusive if they cannot occur at the same time (i.e., they have no common outcomes).
*payback period : Metode payback (payback method) adalah metode yang mendasarkan pada jumlah tahun yang diperlukan untuk mengembalikan investasi awal. Kelemahan metode ini adalah (1) mengabaikan penerimaan setelah payback tercapai, (2) mengabaikan konsep time value of money
Metode Payback Period (PP) 
Payback period adalah suatu metode berapa lama investasi akan kembali atau periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas, dengan kata lain payback period merupakan rasio antara initial cash investment dengan cash flow- nya yang hasilnya merupakan satuan waktu. Suatu usulan investasi akan disetujui apabila payback period-nya lebih cepat atau lebih pendek dari payback period yang disyaratkan oleh perusahaan.
Metode payback period merupakan metode penilaian investasi yang sangat sederhana perhitungannya, sehingga
banyak digunakan oleh perusahaan. Tetapi di lain pihak metode ini mempunyai kelemahan-kelemahan, yaitu:
a) Tidak memperhatikan nilai waktu uang.
b) Mengabaikan arus kas masuk yang diperoleh sesudah payback period suatu rencana investasi tercapai.
c) Mengabaikan nilai sisa (salvage value) investasi.
Meskipun metode payback period memiliki beberapa kelemahan, namun metode ini masih terus digunakan secara intensif dalam membuat keputusan investasi, tetapi metode ini tidak digunakan sebagai alat utama melainkan hanya sebagai indikator dari likuiditas dan risiko investasi.
Keunggulan metode payback period adalah sebagai berikut:
a) Perhitungannya mudah dimengerti dan sederhana.
b)Mempertimbangkan arus kas dan bukan laba menurut akuntansi.
c) Sebagai alat pertimbangan risiko karena makin pendek payback makin rendah risiko kerugian.

Wednesday, October 25

analisis ekonomi teknik dan nilai waktu dari uang

BAB I
PENDAHULUAN
  • Latar Belakang
Dalam dunia teknik khususnya mengenal pula adanya istilah bisnis, malah dunia luar maju teknologinya karena anak teknik yang berinovasi dengan tentunya banyak barang-barang elektronik yang dijual dipasaran, contohnya telepon genggam yang sangat pesat kemajuannya. Oleh karena itu kita harus mempelajari ekonomi yang sangat penting untuk menunjang kehidupan sesorang apapun latar belakangnya. Dengan ilmu ekonomi yang kita terapkan dalam bidang elektro yang sangat membantu untuk bisnis atau menejemen keuangan dalam bidang teknisi.
  • Rumusan Masalah
Masalah dalam makalah ini adalah untuk memperkenalkan atau memahami apa itu ekonomi teknik lebih dalam dan juga bisa untuk mengerti isi dari sub-sub materi yang ada didalamnya. Karena kita sebagai anak teknik harus memahami apa itu ekonomi menurut sudut pandang anak teknik, mata kuliah ekonomi memang bukan salah satu matakuliah pokok namun dengan ekonomi kita bisa mengenal apa itu untung rugi dan banyak lagi, karena setiap perlu tahu atau konsep dasar dari ekonomi itu sendiri.
1.3 Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini membahas tentang ekonomi teknik yang mencakup materi-materi yang ada seperti ruang lingkup ekonomi teknik, pengertian proposal teknik dan hubungannya ekonomi teknik , pengertian proses pengambilan keputusan, tahapan-tahapan dalam proses pengambilan keputusan, terutama dalam bidang engineering, analisis pengambilan keputusan, proses pengambilan keputusan, dan proses pemecahan masalah. Dimana itu semua kita bahas dengan tujuan untuk mengetahui lebih dalam apa itu “Ekonomi Teknik”.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Nilai Waktu Dari Uang
Setelah saya meulis artikel sebelumya yaitu fungsi dari cash flow yang intinya hampir sama dengan konsep nilai waktu dari uang. Kita sepakat bahwa bahwa nilai nominal uang dimasa sekarang berbeda dimasa mendatang dan sebelumnya. Sebagai contoh jika kita digaji sebesar Rp.4000000,00/bulan pada tahun 2010 mungkin nilai nominalnya cukup untuk menghidupi kita. Jika kita hidup pada tahun 1980-an munkin kita sudah menjadi seorang miyuner dengan gaji yang sama yaittu sebesar Rp.4000000,00/bulan. Namun jika kita hidup pada tahun 2030 dengan gaji yang sama sebesar Rp.4000000,00/bulan mungkin nilainya berubah apakah nilai nominalnya berkurang atau meningkat.
Jika kita ingin menginvestasikan uang kita, yang harus kita pahami secara mendalam yaitu prinsip konsep nilai waktu dari uang dan mampu menganalisa secara mendalam. Jangan kita tertipu dengan angka yang fantastis, namun dibalik angka yang besar itu kenyataannya justru kerugian yang kita dapatkan.
Sebagai contoh kasus, jika kita ingin menginvestasikan uang sebesar Rp.100 juta untuk jangka waktu 15 tahun dengan total pengembalian Rp.200 juta. Jika kita lihat nilai sekarang Rp.200 juta adalah angka yang fantastis dibandingkan dengan Rp.100 juta. Namun setelah 15 tahun Rp. 200 juta belum tentu nilai nominalnya sebesar Rp. 200 juta lebih baik dibandingkan Rp. 100 juta saat ini.
Berikut adalah notasi-notasi yang digunakan dalam konsep nilai waktu dari uang:
• i = interest / bunga (%).
• n = periode (bias periode tahun atau bulan)
• P = Present value (present worth) adalah nilai uang pada saat dimulai proyek (pada saat sekarang) yaitu pembayaran yang hanya berlangsung sekali pada tahun ke-0.
• F = Future value (future worth) adalah pembayaran yang hanya berlangsung sekali pada tahun ke – n (sembarang).
• A =Annual cash flow adalah pembayaran seri (tabungan) yaitu pembayaran yang terjadi berkali-kali tiap tahun dalam jumlah yang sama besar dilakukan tahun ke-1 sampai tahun ke-n sebesar A.
• G =Gradient yaitu pembayaran yang terjadi berkali-kali tiap tahun naik dengan kenaikan yang sama atau menurun secara seragam.
Berikut adalah standar notasi-notasi faktor yang digunakan pada konsep nilai waktu dari uang:
Berikut adalah perhitungan menggunakan notasi standar:
2.2 Ekivalensi Perumusan Bunga
• Bunga adalah jumlah yang dibayarkan akibat kita menggunakan uang pinjaman.
• Suku bunga adalah ratio antara jumlah bunga yang dibayarkan terhadap jumlah pinjaman.
• Bunga dibagi menjadi dua yaitu bunga tunggal (simple interest) dan bunga majemuk (compound interest).
• Bunga tunggal (simple interest) adalah bunga yang dihitung dari pokoknya saja (sisa pokok yang belum dibayarkan).
• Nilai Majemuk (coumpaund value / ending amount) dari sejumlah uang merupakan penjumlahan dari uang pada permulaan periode. (Modal Pokok + Bunga pada periode tersebut). Atau menghitung jumlah akhir pada akhir periode dari sejumlah uang yang dimiliki sekarang.
Berikut adalah contoh soal beserta jawaban dari ekivalensi:
1. Putri meminjam uang di bank sebesar $12000,- dipinjam dengan perjanjian akan dikembalikan dalam waktu 4 musim (tahun) dengan bunga 7%per musimnya. Bagaimana caranya Putri membayar hutang dalam waktu 4 musim?
Solusi:
Pengembalian uang sejumlah $12000,- dalam 4 musim dapat dilakukan dengan beberapa cara. Hanya saja si pengambil keputusan ‘putri’ harus mengetahui kondisi ekonominya sendiri.
Cara 1 : setiap akhir musim akan dibayar sebagian pokok pinjaman dan bunganya, karena jumlah pinjaman $12000,- maka pokok yang dikembalikan setiap akhir tahun adalah $ 12000,- / 4 = $ 3000,-. Rencana pengembalian adalah sebagai berikut:
Dengan cara ini putri meminjam sebesar $12000 dikembalikan sebesar $14100
Cash flownya:

Cara 2
: setiap musim hanya dibayar bunganya saja, sedangkan pokok dikembalikan pada akhir pinjaman. Rencana pengembalian adalah sebagai berikut:
Dengan cara ini putri meminjam sebesar $12000 dikembalikan sebesar $15360
Cash flownya :
Cara 3: Setiap musim tidak bayar apa-apa, baik bunga maupun pokok dibayar pada akhir musim. Rencana pengembalian adalah sebagai berikut:
Dengan cara ini putri meminjam sebesar $12000 dikembalikan sebesar $15729,552
Cash flownya:
Konklusi: Dari ketiga cara tersebut cara pertama adalah pengembalian uang yang paling murah karena setiap akhir musim akan dibayar sebagian pokok pinjaman dan bunganya. Namun itu tergantung si pengambil keputusan dan kondisi ekonominya.

2.3 Pengertian Ekivalensi
Adalah nilai uang yang berbeda pada waktu yang berbeda akan tetapi secara finansial mempunyai nilai yang sama. Kesamaan nilai finansial tersebut dapat ditunjukkan jika nilai uang dikonversikan (dihitung) pada satu waktu yang sama.
Metode Ekivalensi
Adalah metode yang digunakan dalam menghitung kesamaan atau kesetaraan nilai uang waktu berbeda.
Nilai ekivalensi dari suatu nilai uang dapat dihitung jika diketahui 3 hal :
1)      Jumlah uang pada suatu waktu
2)      Periode waktu yang ditinjau
3)      Tingkat bunga yang dikenakan

Perhitungan Ekivalensi
Nilai Ekivalensi Pengeluaran = Nilai Ekivalensi Penerimaan
Contoh:
Hari ini budi menabung di bank sebesar Rp 10.000. dua dan empat tahun kemudian ditabungnya lagi masing-masing sejumlah Rp 5.000. maka jumlah uang tabungannya pada tahun ke 7 dar hari ini bila suku bunga i =10 % adalah sebesar Rp 34.195
Rumus-Rumus Bunga Majemuk dan Ekivalensinya
Notasi yang digunakan dalam rumus bunga yaitu :
i (interest)                    = tingkat suku bunga per periode
n (Number)                 = jumlah periode bunga
P (Present Worth)       = jumlah uang/modal pada saat sekarang (awal periode/tahun)
F (Future Worth)         = jumlah uang/modal pada masa mendatang (akhir periode/tahun)
A (Annual Worth)       = pembayaran/penerimaan yang tetap pada tiap periode/tahun
(Gradient)               = pembayaran/penerimaan dimana dari satu periode ke periode berikutnya
terjadi penambahan atau pengurangan yang besarnya sama
Single Payment
Single payment disebut cash flow tunggal dimana sejumlah uang ini sebesar “P” (present) dijinjamkankan kepada seseorang dengan suku bunga sebesar “i” (interest) pada suatu periode “n”, maka jumlah yang harus dibayar sesuai uang pada periode “n” sebesar “F” (future). Nilai “F” akan di ekivalensi dengan “P” saat ini pada suku bunga “i”. Dengan rumus:
Jika dibalik, misalnya F diketahui dan P yang dicari maka hubungan persamaannya menjadi:

2.3.1 Annual Cash Flow (Uniform Series Payment)
Metode annual cash flow diaplikasikan untuk suatu pembayaran yang sama besarnya tiap periode untuk jangka waktu yang lama, seperti mencicil rumah, mobil, motor dan lainya. Grafik annual cash flow di gambarkan dalam bentuk grafik dibawah ini:
Hubungan annual dan future
Dengan menguraikan bentuk annual dengan tunggal (single)dan selanjutnya masing-masingnya itu diasumsikan sebagai suatu yang terpisah dan dijumlahkan dengan menggunakan persamaan sebelumnya. Maka akan diperoleh rumus:
Hubungan future dengan annual
Hubungan annual dengan present (P)
Jika sejumlah uang present didistribusikan secara merata setiap periode akan diperoleh besaran ekuilaven sebesar “A”, yaitu:
Hubungan present (P) dengan annual (A)
Pembayaran Tunggal
Pembayaran dan penerimaan uang masing-masing dibayarkan sekaligus pada awal atau akhir suatu periode.
2.3.2 Present Worth Analysis
Nilai sejumlah uang pada saat sekarang yang merupakan ekivalensi dari sejumlah Cash Flow (aliran kas) tertentu pada periode tertentu dengan tingkat suku bunga (i) tertentu.
Kegunaan
Untuk mengetahui analisis sejumlah uang pada waktu sekarang
Berapa modal P yang harus diinvestasikan pada saat sekarang (t=0), dengan tingkat suku bunga (i) %, per tahun, sehingga pada akhir n periode didapat uang sebesar F rupiah.

Rumus:
P = F 1/(1+i)N     atau     P = F (P/F, i, n)
Contoh:
Seseorang memperhitungkan bahwa 15 tahun yang akan datang anaknya yang sulung akan masuk perguruan tinggi, untuk itu diperkirakan membutuhkan biaya sebesar Rp 35.000.000,00. Bila tingkat bunga adalah 5 %, maka berapa ia harus menabungkan uangnya sekarang?
Jawab:
F = 35.000.000,00 ; i = 5 % ; n = 15
P = (35.000.000) (P/F, 5, 15)
= (35.000.000) (0,4810)
= Rp 16.835.000,00


2.3.3 Future Worth Analysis
Nilai sejumlah uang pada masa yang akan datang, yang merupakan konversi dari sejumlah aliran kas dengan tingkat suku bunga tertentu.
Kegunaan
Untuk mengetahui analisis sejumlah uang pada waktu yang akan datang
Bila modal sebesar P rupiah diinvestasikan sekarang (t = 0), dengan tingkat bunga i %, dibayar per periode selama n periode, berapa jumlah uang yang akan diperoleh pada periode terakhir?
Rumus:
F = P (1+i)N   atau F = P (F/P, i, n)
Contoh:
Seorang pemuda mempunyai uang sebesar Rp 20.000.000, di investasikan dibank 6 % dibayar per periode selama 5 tahun. Berapakah jumlah uang yang akan diperoleh setiap tahunnya ?
Jawab:
P = Rp 20.000.000,00; i = 6 % ; n = 5
F = P (1+i)N
= Rp 20.000.000 (1 + 0,06)5
Atau
F = P (F/P, i, n)
= (Rp 20.000.000) X (1,338)
= Rp 26.760.000,00
2.3.4 Annual Worth Analysis
Sejumlah serial Cash Flow (aliran kas) yang nilainya seragam setiap periodenya. Nilai tahunan diperoleh dengan mengkonversikan seluruh aliran kas kedalam suatu nilai tahunan (anuitas) yang seragam.
Kegunaan
Untuk mengetahui analisis sejumlah uang yang nilainya seragam setiap periodenya (nilai tahunan)
Agar periode n dapat diperoleh, uang sejumlah F rupiah, maka berapa A yang harus dibayarkan pada akhir setiap periode dengan tingkat bunga i % ?


Rumus:
A = i / (1 + i )N – 1   atau A = F ( A/F, i, n)

Contoh:
Tuan sastro ingin mengumpulkan uang untuk membeli rumah setelah dia pensiun. Diperkirakan 10 tahun lagi dia pensiun. Jumlah uang yang diperlukan Rp 225.000.000,00. Tingkat bunga 12 % per tahun. Berapa jumlah uang yang harus di tabung setiap tahunnya ?
Jawab:
F = Rp 225.000.000 ; i = 12 % ; n = 10
A = F (A/F, i, n)
= (Rp 225.000.000) X (A/F, 12 %, 10)
= (Rp 225.000.000) X (0,0570)
= Rp 12.825.000
4)      Gradient
Pembayaran yang terjadi berkali-kali tiap tahun naik dengan kenaikan yang sama atau penurunan yang secara seragam.
Kegunaan
Untuk pembayaran per periode kadang-kadang tidak dilakukan dalam suatu seri pembayaran yang besarnya sama tetapi dilakukakn dengan penambahan /pengurangan yang seragam pada setiap akhir periode.
Rumus:
A = A1 + A2
                        A2 = G (1/i – n / (1 + i)n – 1)
                             = G (A/G, i, n)
Keterangan:
A         = pembayaran per periode dalam jumlah yang sama
A1       = pembayaran pada akhir periode pertama
G         = “Gradient” perubahan per periode
N         = jumlah periode
Contoh:
Seorang pengusaha membayar tagihan dalam jumlah yang sama per periode. Perubahan per periode dengan jumlah uang sebesar Rp 30.000.000 selama 4 tahun. Dengan bunga sebesar 15 % per tahun. Berapa jumlah pembayaran pada akhir tahun pertama?
Jawab:
A2       = G (A/G, i, n)
= Rp 30.000.000 (A/G, 15 %, 4)
= Rp 30.000.000 (0,5718)
= Rp 17.154.000
5)      Interest Periode
Interval waktu yang dijadikan dasar dalam perhitungan bunga. Biasanya dalam perhitungan bunga digunakan periode satu tahun (annually), ½ tahun (semi annually), atau bulanan (monthly)


2.4 Konsep Ekuivalensi
Jumlah uang yang berbeda dibayar pada waktu yang berbeda dapat menghasilkannilai sama (ekuivalensi) satu sama lain secara ekonomis.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Jika kita ingin menginvestasikan uang kita, yang harus kita pahami secara mendalam yaitu prinsip konsep nilai waktu dari uang dan mampu menganalisa secara mendalam. Jangan kita tertipu dengan angka yang fantastis, namun dibalik angka yang besar itu kenyataannya justru kerugian yang kita dapatkan Metode Ekivalensi adalah metode yang digunakan dalam menghitung kesamaan atau kesetaraan nilai uang waktu berbeda.
Nilai ekivalensi dari suatu nilai uang dapat dihitung jika diketahui 3 hal :
1)      Jumlah uang pada suatu waktu
2)      Periode waktu yang ditinjau
3)      Tingkat bunga yang dikenakan
DAFTAR PUSTAKA


googe ads