Pemuda dan Sosialisasi
WARGA NEGARA DAN NEGARA
Disusun Oleh:
Ari Prisma Ardiansyah
17415708
1 IB 04
FAKULTAS INDUSTRI DAN TEKNOLOGI ELEKTRONIKA
PTA 2014/2015
Pemuda dan Sosialisasi
Peran strategis pemuda
dalam pembangunan nasional sangatlah penting artinya dan telah dibuktikan
didalam berbagai peran pemuda seiring dengan perjalanan suatu bangsa. Pemuda
adalah generasi penerus bangsa dan penentu masa depan sebuah bangsa. Tetapi,
para pemuda inipun memiliki masalah yang selalu dialami oleh setiap generasi
dalam hubunganya dengan generasi yang lebih tua. Masalah yang dialami biasanya
berhubungan dengan nilai-nilai dalam masyarakat.
Pemuda adalah golongan
manusia manusia muda yang masih memerlukan pembinaan dan pengembangan kearah
yang lebih baik, agar dapat melanjutkan dan mengisi pembangunan yang kini telah
berlangsung, pemuda di Indonesia dewasa ini sangat beraneka ragam, terutama
bila dikaitkan dengan kesempatan pendidikan. Keragaman tersebut pada dasarnya
tidak mengakibatkan perbedaan dalam pembinaan dan pengembangan generasi muda.
Proses kehidupan yang
dialami oleh para pemuda Indonesia tiap hari baik di lingkungan keluarga,
sekolah, maupun masyarakat membawa pengaruh yang besar pula dalam membina sikap
untuk dapat hidup di masyarakat. Proses demikian itu bisa disebut dengan
istilah sosialisasi, proses sosialisasi itu berlangsung sejak anak ada di dunia
dan terus akan berproses hingga mencapai titik kulminasi.
Masalah kepemudaan yang
lain adalah belum atau kurang mandirinya dalam hal ekonomi dan kurang dewasa
dari segi psikologis. Adapun permasalahan yang melingkupi pemuda antara lain:
-Misorientas pemuda
dalam menatap masa depan yang cenderung melihat polotik sebagai
panglima, akibatnya pemuda saling berlomba
merebut kekuasaan dibidang politik, bukan
dibidang ekonomi.
-Rendahnya akses dan
kesempatan pemuda untuk memperoleh pendidikan
-Rendahnya minat
membaca dikalangan pemuda
-Belum serasinya
kebijakan kepemudaan di tingkat nasional dan daerah
-Maraknya
masalah-masalah social dikalangan pemuda, seperti kriminalitas, premanisme, narkotika, psikotropika, zat adiktif, dan
seks bebas yang dapat menimbulkan HIV
Realitas kepemudaan
Pemuda bukan hanya sekedar
lapisan social dalam masyarakat yang memainkan peran penting dalam perubahan
social. Tetapi, jauh dari itu, pemuda merupakan konsep yang menerobos definisi
pelapisan social tersebut, terutama terkait dengan konsepsi tentang
nilai-nilai. Pemuda sering dianggap sebagai suatu kelompok yang mempunyai
aspirasi sendiri yang bertentangan dengan aspirasi masyarakat atau lebih
tapatnya aspirasi generasi tua. Sehingga sering muncul persoalan-persoalan yang
tidak sejalan dengan keinginan generasi tua, hal ini memunculkan konflik berupa
protes baik secara terbuka maupun terselubung.
Pemuda dalam pengertian
adalah manusia-manusia muda, akan tetapi di Indonesia ini sehubungan dengan
adanya program pembinaan generasi muda pengertian pemuda diperinci dan tersurat
dengan pasti. Ditinjau dari kelompok umur, maka pemuda Indonesia adalah sebagai
berikut :
Masa bayi : 0 – 1 tahun
Masa anak : 1 – 12
tahun
Masa Puber : 12 – 15
tahun
Masa Pemuda : 15 – 21
tahun
Masa dewasa : 21 tahun
keatas
Dilihat dari segi
budaya atau fungsionalnya maka dikenal istilah anak, remaja dan dewasa, dengan
perincian sebagia berikut :
Golongan anak : 0 – 12
tahun
Golongan remaja : 13 –
18 tahun
Golongan dewasa : 18
(21) tahun keatas
Usia 0-18 tahun adalah
merupakan sumber daya manusia muda, 16 – 21 tahun keatas dipandang telah
memiliki kematangan pribadi dan 18(21) tahun adalah usia yang telah
diperbolehkan untuk menjadi pegawai baik pemerintah maupun swasta
Dilihat dari segi
ideologis politis, generasi muda adalah mereka yang berusia 18 – 30 – 40 tahun,
karena merupakan calon pengganti generasi terdahulu. Pengertian pemuda
berdasarkan umur dan lembaga serta ruang lingkup tempat pemuda berada terdiri
atas 3 katagori yaitu :
1. siswa, usia antara 6
– 18 tahun, masih duduk di bangku sekolah
2. Mahasiswa usia
antara 18 – 25 tahun beradi di perguruan tinggi dan akademi
3. Pemuda di luar
lingkungan sekolah maupun perguruan tinggi yaitu mereka yang berusia 15 – 30
tahun keatas.
Dalam pola dasar
pembinaan dan pengambangan generasi muda, generasi musa dipandang dari beberapa
aspek yaitu:
a. Sosial psikologi
Proses pertumbuhan dan
perkembangan kepribadian, sarta penyesuaian diri secara jasmani dan rohani
sejak masa kanak-kanak sampai usia dewasa dapat dapat dipengaruhi oleh beberapa
factor, seperti keterbelakangan mental, salah asuh orang tua atau guru, hingga
pengaruh negative lingkungan. Hambatan tersebut memungkinkan terjadinya
kenakalan remaja, masalah nerkoba, dll.
b. Sosial budaya
Perkembanga pemuda
dalam proses modernisasi dengan segala akibat sampingnya yang bias berpengaruh
pada proses pendewasaanya, sehingga apabila tidak memperoleh arah yang jelas maka
corak dan warna masa depan Negara dan bangsa akan menjadi lain dari yang
dicita-citakan.
c. Sosial ekonomi
Bertambahnya
pengangguran dikalangan pemuda karena kurangnya lapangan kerja akibat dari
pertambahan penduduk dan belum meratanya pembangunan.
d. Sosial politik
Belum terarahnya
pendidikan politik dikalangan pemuda dan belum dihayatinya mekanisme demokrasi
pancasila, tertib hokum dan disiplin nasional sehingga merupakan hambatan bagi
penyaluran aspirasi generasi muda.
Perguruan dan
pendidikan
Keberhasilan
pembangunan sangat ditentukan oleh beberapa factor seperti kualitas SDM,
tersedianya sumber daya alam, birokrasi pemerintah yang kuat dan efisien.
Factor SDM sangat menentukan dalam proses pembangunan karena manusia bukan saja
objek tetapi juga subjek pembangunan. Disinilah letak pentingnya pendidikan
sebagai upaya terciptanya SDM yang berkualitas. Bentuk-bentuk pendidikan
tersebut adalah pendidikan formal, pendidikan non formal, dan pendidikan
informal.
Peranan pemuda dalam
masyarakat
Masyarakat membutuhkan
peran serta pemuda untuk kemajuan bersama. Pemuda adalah tulang punggung
masyarakat. Generasi tua memiliki keterbatasan untuk memajukan bangsa. Generasi
muda harus mengambil peranan yang menentukan dalam hal ini. Dengan semangat
menyala-nyala dan tekad yang sekeras baja serta visi dam kemauan untuk menerima
perubahan yang dinamis, pemuda menjadi motor bagi pembangunan masyarakat.
Sejarah membuktikan,
bahwa perubahan hamper selalu dimotori oleh kalangan muda. Sumpah pemuda,
Proklamasi, Pemberantasan PKI, lahirnya orde baru, bahkan peristiwa turunnya
dictator Soeharto dari singgasana kepresidenan seluruhnya dimotori oleh kaum
muda. Kaum muda pula yang selalu memberikan umpan balik yang kritis terhadap
ponggahnya kekuasaan.
Akan tetapi, apabila
melihat peran pemuda sehubungan dengan pembangunan, peran itu dibedakan menjadi
dua yaitu:
1. Didasarkan atas
usaha pemuda untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan lingkungan.
Pemuda dalam hal ini dapat berperan sebagai penerus tradisi dengan jalan
menaati tradisi yang berlaku
2. Didasarkan atas usaha
menolak menyesuaikan diri dengan lingkungan. Peran pemuda jenis ini dapat
dirinci dalam tiga sikap, yaitu : pertama jenis pemuda “pembangkit” mereka
adalah pengurai atu pembuka kejelasan dari suatu masalah sosial. Mereka secara
tidak langsung ktu mengubah masyarakat dan kebudayaan. Kedua pemuda pdelinkeun
atau pemuda nakal. Mereka tidak berniat mengadakan perubahan, baik budaya
maupun pada masyarakat, tetapi hanya berusaha memperoleh manfaat dari
masyarakat dengan melakukan tidnakan menguntungkan bagi dirinya, sekalipun
dalam kenyataannya merugikan. Ketiga, pemuda radikal. Mereka berkeinginan besar
untuk mengubah masyarakat dan kebudayaan lewat cara-cara radikal, revolusioner.
Kedudukan pemuda dalam
masyarakat adalah sebagai mahluk moral, mahluk sosial. Artinya beretika,
bersusila, dijadikan sebagai barometer moral kehidupan bangsa dan pengoreksi.
Sebagai mahluk sosial artinya pemuda tidak dapat berdiri sendiri, hidup
bersama-sama, dapat menyesuaikan diri dengan norma-norma, kepribadian, dan
pandangan hidup yang dianut masyarakat. Sebagai mahluk individual artinya tidak
melakukan kebebasan sebebas-bebasnya, tetapi disertai ras tanggung jawab
terhadap diri sendiri, terhadap masyarakat, dan terhadap Tuhan Yang maha Esa.
Sosialisasi Pemuda.
Melalui proses
sosialisasi, seorang pemuda akan terwarnai cara berpikir dan
kebiasaan-kebiasaan hidupnya. Dengan demikian, tingkah laku seseorang akan
dapat diramalkan. Dengan proses sosialisasi, seseorang menjadi tahu bagaimana
ia mesti bertingkah laku di tengah-tengah masyarakat dan lingkungan budayanya.
Dari keadaan tidak atau belum tersosialisasi, menjadi manusia masyarakat dan
beradab. Kedirian dan kepribadian melalui proses sosialisasi dapat terbentuk.
Dalam hal ini sosialisasi diartikan sebagai proses yang membantu individu
melalui belajar dan menyesuaikan diri, bagaiman cari hidup dan bagaimana cara
berpikir kelompoknya gar dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya.
Sosialisasi merupakan salah satu proses belajar kebudayaan dari anggota
masyarakat dan hubungannya dengan sistem sosial.
Proses sosialisasi
banyak ditentukan oleh susunan kebudayaan dan lingkungan sosial yang
bersangkutan. Berbeda dengan inkulturasi yang mementingkan nilai-nilai dan
norma-norma kebudayaan dalam jiwa individu, sosialisasi dititik beratkan pada
soal individu dalam kelompok melalui pendidikan dan perkembangannya. Oleh
karena itu proses sosialisasi melahirkan kedirian dan kepribadian seseorang.
Kedirian (self) sebagai suatu prosuk sosialisasi, merupakan kesadaran terhadap
diri sendri dan memandang adanya pribadi orang lain di luar dirinya. Kesadaran
terhadap diri sendiri membuat timbulnya sebutan “aku” atau “saya” sebagai
kedirian subyektif yang sulit dipelajari. Asal mula timbulnya kedirian :
1. Dalam proses
sosialisasi mendapat bayangan dirinya, yaitu setelah memperhatikan cara orang
lain memandang dan memperlakukan dirinya. Misalnya ia tidak disukai, tidak
dihargai, tidak dipercaya; atau sebaliknya, ida disayangi, baik budi dandapt
dipercaya
2. Dalam proses
sosialisasi juga membentuk kedirian yang ideal. Orang bersangkutan mengetahui
dengan pasti apa-apa yang harus ia lakukan agar memperoleh penghargaan dari
orang lain. Bentuk-bentuk kedirian ini berguna dalam meningkatkan ketaatan anak
terhadap norma-norma sosial
Bertitik tolak dari
pengertian pemuda, maka sosialisasi pemuda dimulai dari umur 10 tahun dalam
lingkungan keluarga, tetangga, sekolah, dan jalur organisasi formal atau
informal untuk berperan sebagai mahluk sosial, mahluk individual bagi pemuda
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/11/pemuda-dan-sosialisasi-5/